Pontianak,PERSS.ID— Adik kandung Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, secara mengejutkan menolak tawaran untuk bergabung dalam kabinet sebagai menteri. Dalam pernyataan yang disampaikannya kepada media, Hashim mengatakan bahwa saat ini ia lebih memilih untuk fokus pada perannya sebagai "tukang pos".
Hashim, yang dikenal sebagai salah satu pengusaha terkemuka di Indonesia, menyampaikan bahwa ia merasa lebih nyaman dengan pekerjaannya sekarang, meskipun tawaran untuk menjadi menteri adalah suatu kehormatan yang besar. "Saya telah menerima tawaran ini, namun setelah mempertimbangkannya dengan matang, saya memutuskan untuk tidak mengambil posisi tersebut. Jabatan saya saat ini adalah 'tukang pos', dan saya merasa lebih bahagia dan tenang dengan pekerjaan ini," ujar Hashim sambil tersenyum dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta.
Pernyataan Hashim yang tidak biasa ini memicu berbagai spekulasi dan komentar dari para pengamat politik. Banyak yang menganggap bahwa pernyataan tersebut memiliki makna kiasan, mengingat Hashim sering terlibat dalam berbagai kegiatan filantropi dan bisnis yang memerlukan jaringan komunikasi luas.
"Saya kira, Hashim ingin menekankan pentingnya peran komunikasi dan distribusi informasi yang akurat dan efisien dalam pekerjaan apa pun yang ia lakukan. Ini bisa menjadi sindiran halus terhadap situasi politik saat ini, di mana komunikasi yang baik sangat krusial," kata Arya Fernandes, seorang pengamat politik dari CSIS.
Hashim sendiri menambahkan bahwa keputusan ini diambil demi menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesionalnya. Ia menegaskan bahwa dirinya tetap mendukung penuh pemerintahan yang ada, namun lebih memilih untuk berada di luar lingkaran kekuasaan formal. "Saya masih akan terus memberikan kontribusi kepada negara dengan cara-cara yang saya anggap paling tepat," imbuhnya.
Keputusan Hashim untuk menolak jabatan menteri tentu saja menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan politisi dan publik. Beberapa pihak menilai bahwa penolakan ini mencerminkan sikap independen dan komitmen Hashim terhadap prinsip-prinsip yang diyakininya.
Di sisi lain, pengamat lain melihat ini sebagai strategi politik yang cerdas. "Hashim adalah sosok yang penuh kejutan. Penolakan ini mungkin bagian dari strategi jangka panjang, di mana ia memilih untuk tetap berada di balik layar, namun tetap memiliki pengaruh signifikan," ungkap Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia.
Terlepas dari spekulasi yang beredar, satu hal yang pasti, keputusan Hashim Djojohadikusumo untuk menolak tawaran menjadi menteri mempertegas bahwa posisinya sebagai "tukang pos" saat ini adalah pilihan yang ia anggap terbaik.[Abe/Suardi]
Editor:kzon