Kontroversi ini memicu perdebatan tentang apakah manfaat ekonomi lebih penting daripada kekhawatiran sosial dan moral. "Pabrik ini merusak masyarakat kita," kata seorang pemimpin masyarakat dalam protes baru-baru ini. Para ulama di wilayah tersebut juga turut bergabung dalam seruan, mendesak pihak berwenang untuk menutup pabrik guna mencegah kerusakan lebih lanjut pada komunitas lokal.
Meskipun kontribusi finansial dari cukai sangat besar, tekanan terus meningkat terhadap para pejabat setempat. "Angka-angka mungkin menunjukkan keberhasilan finansial, tetapi kita tidak bisa mengabaikan dampak negatif terhadap budaya dan generasi muda kita," ujar seorang pengunjuk rasa.
Seiring dengan meningkatnya protes, masih belum jelas langkah apa yang akan diambil oleh pemerintah terkait masa depan pabrik tersebut.
(Kzn)
Editor:Maulana