Membendung Krisis Pangan: Revolusi Digital di Lahan Pertanian
Oleh : M Al Husaini
Tenaga Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Perse.id - Krisis pangan global menjadi momok yang menghantui dunia. Proyeksi Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menunjukkan bahwa dunia perlu meningkatkan produksi pangan hingga 70% pada tahun 2050 untuk memenuhi kebutuhan populasi global yang diperkirakan mencapai 9,7 miliar jiwa. Tantangan ini diperparah dengan perubahan iklim, degradasi lahan, dan kelangkaan sumber daya.
Di tengah situasi yang genting ini, teknologi digital muncul sebagai secercah harapan. Revolusi digital di sektor pertanian, atau yang sering disebut Pertanian 4.0, menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Internet of Things (IoT), big data, dan cloud computing menjadi pilar utama dalam membangun sistem pertanian modern yang tangguh dan berkelanjutan.
Laporan "McKinsey Technology Trends Outlook 2024" dan publikasi dari Wordline berjudul "Digital Trends 2025" memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan teknologi yang paling signifikan saat ini dan proyeksinya di masa depan. Dalam konteks pertanian, laporan dan infografis tersebut menyoroti bagaimana AI dan teknologi digital lainnya dapat berkontribusi secara substansial dalam menghadapi tantangan krisis pangan yang semakin mendesak.
AI: Otak di Balik Pertanian Modern
AI bukanlah konsep futuristik lagi, tetapi sudah menjadi realita di lahan pertanian. Generative AI, misalnya, dapat memprediksi hasil panen dengan akurasi tinggi berdasarkan data cuaca, kondisi tanah, dan riwayat pertumbuhan tanaman. Applied AI memungkinkan petani untuk memantau dan mengendalikan hama dan penyakit secara real-time melalui sensor dan kamera terhubung, serta mengoptimalkan penggunaan air dengan sistem irigasi cerdas. Industrializing Machine Learning mempercepat pengembangan model prediksi harga komoditas dan rantai pasok pangan, membantu petani dalam mengambil keputusan strategis.
Perangkat Lunak dan Transformasi Digital
Perangkat lunak generasi mendatang semakin memudahkan petani dalam mengakses informasi dan mengelola usaha mereka. Aplikasi mobile menyediakan informasi pasar, prakiraan cuaca, dan tips budidaya tanaman secara langsung. Platform digital menghubungkan petani dengan konsumen melalui e-commerce, memotong perantara, dan meningkatkan pendapatan. Teknologi blockchain menjamin transparansi dan ketertelusuran produk pertanian, meningkatkan kepercayaan konsumen.
IoT: Sensor di Setiap Sudut Lahan
Internet of Things (IoT) menghubungkan dunia fisik dan digital di lahan pertanian. Sensor IoT yang tersebar di lahan dapat mengumpulkan data real-time tentang kondisi tanah, kelembaban, dan suhu, memungkinkan pengelolaan lahan dan tanaman yang lebih tepat. Pemantauan ternak dengan sensor IoT memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara drone berteknologi AI dan kamera canggih memudahkan identifikasi hama dan pemetaan 3D.
Ketahanan Pangan dan Teknologi Iklim
Teknologi juga berperan penting dalam mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pangan. Energi terbarukan seperti tenaga surya dan bayu dapat mengurangi biaya operasional dan emisi karbon. Precision farming mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk, sementara bioteknologi memungkinkan pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan dan hama.
Menyongsong Era Pertanian 5.0
Pertanian masa depan akan ditandai oleh kolaborasi yang erat antara manusia dan mesin. Generasi Alpha, yang lahir di era digital, akan menjadi pelopor dalam menerapkan teknologi immersive seperti metaverse di sektor pertanian. Bayangkan petani masa depan menggunakan VR/AR untuk simulasi pertanian, mendapatkan pelatihan virtual, atau berkolaborasi dengan pakar pertanian di seluruh dunia.
Etika dan Keberlanjutan dalam Pertanian Digital
Di tengah kemajuan teknologi, etika dan keberlanjutan harus tetap menjadi prioritas. Penggunaan AI dan big data harus memperhatikan privasi data petani dan menghindari bias algoritma yang dapat merugikan petani kecil. Teknologi yang dikembangkan juga harus ramah lingkungan dan mendukung pelestarian ekosistem.
E-commerce: Memenuhi Ekspektasi Pelanggan Modern
E-commerce memiliki peran yang semakin penting dalam menghubungkan petani dengan konsumen. Namun, pelanggan modern memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kualitas layanan, personalisasi, dan kecepatan pengiriman. E-commerce di sektor pertanian harus beradaptasi dengan tren ini untuk memastikan kepuasan pelanggan.
Hyper-Consumption vs. Back to Basics: Menyeimbangkan Konsumsi dan Kelestarian Lingkungan
Hyper-consumption, yang didorong oleh kemudahan akses dan promosi e-commerce, harus diseimbangkan dengan kesadaran akan dampak konsumsi berlebihan terhadap lingkungan. Back to basics menekankan pada konsumsi yang bijak dan berkelanjutan. Di sektor pertanian, kedua tren ini perlu diarahkan untuk mendorong konsumsi produk pertanian lokal yang berkelanjutan dan mengurangi pemborosan pangan.
Masyarakat Less-Cash: Memudahkan Transaksi di Pedesaan
Perkembangan teknologi mobile payment dan biometric authentication akan mendorong terciptanya masyarakat less-cash. Di sektor pertanian, hal ini dapat memudahkan transaksi antara petani dan konsumen, meningkatkan inklusi keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
Pangan Canggih dan Masa Depan Nutrisi
Selain revolusi di lahan pertanian, teknologi juga mengubah wajah industri pangan. Pangan canggih, atau novel food, muncul sebagai solusi untuk meningkatkan nilai gizi, keamanan pangan, dan keberlanjutan. Beberapa contoh pangan canggih antara lain:
Protein Alternatif: Daging nabati berbasis kedelai, kacang polong, atau jamur, serta daging budidaya yang dikembangkan di laboratorium, menawarkan alternatif pangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pangan Terfortifikasi: Pangan yang ditambahkan zat gizi esensial, seperti vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3, dapat membantu mengatasi masalah malnutrisi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pangan Fungsional: Pangan yang mengandung komponen bioaktif yang memberikan manfaat kesehatan spesifik, seperti meningkatkan imunitas, menurunkan kolesterol, atau mencegah penyakit kronis.
Pertanian Modern di Indonesia: Potret dan Proyeksi
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar untuk mengembangkan pertanian modern. Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong adopsi teknologi di sektor pertanian, seperti program smart farming, penyediaan alsintan (alat dan mesin pertanian), dan pengembangan e-commerce pertanian.
Dalam Program Kerja Prioritas Kementerian Pertanian 2025, terdapat beberapa program prioritas yang sejalan dengan tren pertanian modern, antara lain:
Peningkatan Produksi Padi dan Jagung: Melalui optimalisasi lahan, cetak sawah, penyediaan alsintan (alat dan mesin pertanian modern), dan pupuk bersubsidi.
Peningkatan Produksi Susu dan Daging Sapi: Melalui penyediaan benih unggul dan peningkatan ketersediaan dairy cattle dan beef cattle.
Pertanian Modern Melalui Petani Milenial: Melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi petani muda di bidang pertanian modern.
Badan Pangan Nasional (Bapanas): Menjaga Stabilitas dan Ketahanan Pangan
Bapanas memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, mengendalikan kerawanan pangan, dan meningkatkan kualitas konsumsi pangan. Program Kerja Prioritas Bapanas 2025 meliputi:
Pemantapan Ketersediaan dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan: Melalui koordinasi, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi ketersediaan pangan, serta penyediaan data dan informasi pangan.
Melalui pemetaan ketahanan dan kerentanan pangan, penyediaan bantuan pangan, dan penyusunan sistem peringatan dini kerawanan pangan dan gizi.
Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan: Melalui pengembangan rumah pangan B2SA, pengembangan usaha pengolahan pangan, dan promosi pangan bergizi seimbang.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meskipun teknologi digital menawarkan peluang besar bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan, ada pula tantangan yang perlu dihadapi, antara lain:
Kesenjangan Digital: Keterbatasan akses internet dan infrastruktur digital di pedesaan dapat menghambat adopsi teknologi oleh petani.
Keterampilan Digital: Petani perlu dilatih dan dibekali dengan keterampilan digital untuk dapat memanfaatkan teknologi secara optimal.
Keamanan Siber: Sistem pertanian modern yang terhubung dengan internet rentan terhadap serangan siber. Keamanan siber perlu diperhatikan untuk mencegah gangguan pada operasional pertanian.
Kesimpulan
Revolusi digital di sektor pertanian merupakan keniscayaan yang harus dihadapi untuk mengatasi tantangan krisis pangan global. Dengan menerapkan teknologi digital secara strategis dan inovatif, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas pertanian, memastikan ketersediaan pangan, dan mewujudkan swasembada pangan di masa depan. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan petani sangat penting dalam memanfaatkan momentum ini untuk kemajuan sektor pertanian Indonesia.