PERSS.ID,Gaza– Hamas mengutuk pembunuhan Ismail Al Ghoul, seorang jurnalis Palestina, sebagai “kejahatan keji” yang bertujuan “meneror dan membungkam” jurnalis yang melaporkan konflik berkepanjangan di Jalur Gaza. Pernyataan tersebut muncul setelah Militer Israel mengonfirmasi tewasnya Al Ghoul dalam serangan udara baru-baru ini, dengan tuduhan bahwa ia adalah anggota Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel.
Al Jazeera, tempat Al Ghoul bekerja, membantah tuduhan Israel tersebut, menyebutnya sebagai “tuduhan tak berdasar” yang dimaksudkan untuk membenarkan pembunuhan yang disengaja terhadap jurnalis mereka. Dalam pernyataannya, jaringan media ini menegaskan bahwa Al Ghoul telah bekerja sebagai jurnalis sejak November 2023, tanpa keterlibatan dengan organisasi mana pun.
“Ismail Al Ghoul mengisi kekosongan besar dalam peliputan media lokal dan internasional di Kota Gaza, di tengah bahaya yang terus mengancam,” ungkap Al Jazeera dalam penghormatan terakhirnya kepada Al Ghoul.
Profil Singkat Ismail Al Ghoul
Al Ghoul lahir pada 1997 di kamp pengungsi Al-Shati, utara Kota Gaza. Ia meraih gelar sarjana jurnalistik dari Universitas Islam Gaza dan memulai kariernya di jurnalisme cetak sebagai koresponden untuk surat kabar lokal, seperti Al Risala dan Palestine.
Seiring waktu, ia beralih ke media televisi, bekerja sama dengan berbagai perusahaan produksi media di Gaza. Setelah konflik memuncak pada Oktober 2023, Al Ghoul menjadi mitra Al Jazeera, menyampaikan berita melalui laporan telepon hingga liputan televisi.
Penangkapan Sebelumnya
Menurut Al Jazeera, Al Ghoul pernah ditangkap oleh pasukan Israel di Rumah Sakit Al-Shifa pada Maret lalu, tetapi kemudian dibebaskan. Penangkapan ini, menurut jaringan tersebut, membuktikan klaim Israel tentang keterlibatannya dalam organisasi tertentu tidak berdasar.
“Dengan alat yang sederhana, Al Ghoul menghadirkan kebenaran dari mulut ‘kematian’ kepada dunia,” tambah pernyataan penghormatan tersebut.
Konflik di Gaza terus memakan korban, termasuk mereka yang berupaya menyuarakan realitas di lapangan. Pembunuhan Al Ghoul memunculkan kembali pertanyaan tentang keselamatan jurnalis di wilayah konflik.*Kzn*
Sumber/Al Jazeera