PERSS.ID,Jakarta– Mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali menjadi sorotan dunia setelah dinobatkan sebagai salah satu finalis "Person of the Year 2024" oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Penghargaan kontroversial ini mengkategorikan para tokoh yang dianggap memberikan kontribusi signifikan terhadap korupsi dan kejahatan terorganisasi.
Jokowi Masuk Daftar Finalis
Jokowi bergabung dalam daftar yang mencakup nama-nama seperti Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, dan pengusaha India Gautam Adani. Puncak penghargaan ini diberikan kepada Bashar Al-Assad, mantan Presiden Suriah, yang dinilai sebagai simbol brutalitas dan korupsi selama 24 tahun kepemimpinannya.
OCCRP menyusun daftar ini berdasarkan nominasi dari pembaca, jurnalis, dan jaringan globalnya. Proses pemilihan berlangsung hingga akhir November 2024 melalui formulir online.
Fluktuasi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia
Selama masa kepemimpinan Jokowi (2014–2024), Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia mengalami fluktuasi. Pada awal masa jabatannya, IPK berada di angka 34, meningkat menjadi 40 pada 2019. Namun, pada 2022 dan 2023, indeks kembali turun ke angka 34, menyamai level saat pertama kali Jokowi menjabat.
Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Diky Anandya, penurunan ini mencerminkan memburuknya situasi korupsi politik yang gagal ditangani pemerintah. “Situasi korupsi politik yang tidak terbendung menjadi penyebab utama,” ujar Diky.
Kritik dari Pengamat Politik
Pengamat politik Rocky Gerung menilai penobatan ini mencerminkan kegagalan besar dalam kepemimpinan Jokowi. “Pada akhirnya, sejarah mencatat Jokowi sebagai pemimpin otoriter dan korup di mata dunia,” ucap Rocky melalui kanal YouTube-nya.
Ia juga menyoroti revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) sebagai salah satu indikator melemahnya pemberantasan korupsi di Indonesia. “Yang kita pamerkan ke dunia adalah keburukan,” tambahnya.
Tamparan bagi Citra Indonesia
Penobatan Jokowi sebagai finalis oleh OCCRP menjadi tamparan keras bagi citra Indonesia. Selain memicu kontroversi, penghargaan ini juga mengundang refleksi mendalam atas komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi dan menjunjung tinggi transparansi.
Dengan penghargaan ini, sorotan internasional terhadap isu korupsi di Indonesia semakin tajam, menantang pemerintahan baru untuk memperbaiki kondisi yang ada.*Kzn*