PERSS.ID,Jakarta – Bank BUMN, Bank Negara Indonesia (BNI), diduga mengalami kerugian hingga Rp600 miliar akibat kasus pinjaman yang melibatkan CEO MTH Corporation, Michel Timothy. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, kini menjadi sorotan publik dan diminta bertanggung jawab atas dugaan kebocoran dana tersebut.
Kasus ini mencuat setelah laporan yang beredar di media sosial mengungkap bahwa dana tersebut berasal dari pinjaman yang diberikan BNI kepada MTH Corporation. Namun, dana itu diduga tidak digunakan sebagaimana mestinya, melainkan diselewengkan.
"Pinjaman yang diberikan seharusnya digunakan untuk kebutuhan pengembangan usaha. Tetapi dalam kasus ini, terdapat indikasi penyalahgunaan yang mengarah pada penggelapan," ujar seorang pengamat ekonomi yang tidak ingin disebutkan namanya.
Menurut informasi yang beredar, proses pemberian pinjaman tersebut diduga melibatkan ketidakhati-hatian dari pihak bank dalam melakukan analisis risiko. Hal ini kemudian memicu pertanyaan terkait akuntabilitas BNI dalam menjaga dana masyarakat yang dikelola.
Di sisi lain, pihak BNI belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. Namun, tekanan publik terus meningkat, terutama kepada Dirut Royke Tumilaar, untuk memberikan klarifikasi dan memastikan adanya langkah hukum terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Sementara itu, kasus ini telah memicu reaksi keras di media sosial, di mana warganet mendesak pemerintah dan aparat hukum untuk segera turun tangan. “BNI harus menjaga kepercayaan masyarakat. Kasus ini harus segera diusut tuntas,” tulis salah satu komentar warganet.
Dugaan penggelapan dana sebesar Rp600 miliar ini bukan hanya menjadi ancaman bagi reputasi BNI, tetapi juga bagi sektor perbankan nasional secara keseluruhan. Banyak pihak berharap, transparansi dan langkah hukum yang tegas dapat memulihkan kepercayaan publik terhadap bank milik negara.
Penyelidikan lebih lanjut oleh otoritas terkait kini sangat dinantikan untuk mengungkap fakta di balik kasus ini.*Kzn*
Sumber: Twiters x/@Heraloebss
