Opini Pemuda Islam: Demokrasi Itu Senjata Politik Barat untuk Memecah Bangsa Indonesia
Oleh: Muhaimin Abu Kayyis
Ketua Forum Sinergi Pemuda Jakarta
Jakarta - Demokrasi yang selama ini dijadikan standar universal untuk sistem pemerintahan sebenarnya bukanlah solusi mutlak bagi setiap bangsa. Sebaliknya, demokrasi sering kali digunakan sebagai alat politik untuk melemahkan kesatuan suatu negara, sebagaimana terlihat dari pola politik Barat dalam memecah belah negara-negara Arab.
*Elit Politik Barat dan Strategi Pecah Belah*
Kita menyaksikan bagaimana negara-negara Arab yang dulunya bersatu di bawah naungan kekhalifahan Islam menjadi terpecah menjadi banyak negara kecil. Campur tangan elit politik Barat, baik melalui perang, kudeta, maupun intervensi ekonomi dan budaya, memperparah situasi ini. Tujuannya jelas: melemahkan kekuatan umat Islam dengan membangun perpecahan dan menciptakan ketergantungan kepada Barat.
Sejarah kolonialisme membuktikan bahwa Indonesia juga tidak lepas dari strategi serupa. Setelah berhasil merebut kemerdekaan, kita diperkenalkan pada demokrasi ala Barat yang sering kali hanya melahirkan konflik politik dan polarisasi di tengah masyarakat. Apakah ini kebetulan? Ataukah ini bagian dari agenda besar untuk menjauhkan umat dari sistem Islam yang pernah mempersatukan dunia?
*Kekaguman Presiden Prabowo pada Kekhalifahan Utsmani*
Dalam sebuah pidatonya, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan kekagumannya terhadap sistem pemerintahan Kekhalifahan Utsmani. Sebagai salah satu sistem kepemimpinan Islam terbesar dalam sejarah, Kekhalifahan Utsmani bukan hanya menyatukan umat Islam dari berbagai bangsa, tetapi juga membawa keadilan, ilmu pengetahuan, dan kesejahteraan selama ratusan tahun.
Pidato ini menjadi pengingat penting bagi kita sebagai pemuda Islam bahwa ada alternatif sistem selain demokrasi yang mampu membawa umat kepada kemajuan. Sistem kekhalifahan ini berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang universal dan menjunjung tinggi persatuan umat.
*Demokrasi Pancasila dan Persatuan Umat sebagai Solusi*
Namun, di tengah realitas Indonesia yang beragam, kita harus mampu memanfaatkan konsep *Demokrasi Pancasila* sebagai bentuk adaptasi yang tetap menjunjung nilai-nilai kebersamaan, musyawarah, dan persatuan. Berbeda dengan demokrasi liberal ala Barat, Demokrasi Pancasila mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai religius yang sejalan dengan ajaran Islam.
Selain itu, persatuan umat harus menjadi prioritas utama. Umat Islam Indonesia yang mayoritas memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan utama dalam menjaga stabilitas dan kemajuan bangsa. Namun, potensi ini tidak akan terwujud jika umat terus terjebak dalam konflik sektarian dan perpecahan.
Demokrasi ala Barat sering kali menjadi alat untuk melemahkan bangsa-bangsa besar, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, sebagai pemuda Islam, kita harus mampu melihat kelemahan sistem ini dan mengambil hikmah dari sejarah kejayaan Islam di masa lalu. Demokrasi Pancasila dan semangat persatuan umat adalah solusi yang tepat untuk membangun Indonesia yang lebih kuat dan bermartabat.
Waktunya pemuda Islam bangkit, bersatu, dan membawa bangsa ini menuju kejayaan dengan meneladani nilai-nilai Islam yang universal.