Iklan

Mantan Analis Pentagon Ungkap Senjata EMP yang Berpotensi Lumpuhkan NATO dan AS

Thursday, 23 January 2025, 08:48 WIB Last Updated 2025-01-23T01:49:02Z
foto : military Embedded Systems

PERSS.ID,Washington– Michael Maloof, mantan analis senior di Pentagon, mengungkapkan keberadaan senjata electromagnetic pulse (EMP) yang menurutnya mampu melumpuhkan seluruh jaringan elektronik di negara-negara anggota NATO, termasuk Amerika Serikat. Dalam wawancaranya dengan Sputnik pada Selasa (21/1), Maloof menjelaskan dampak destruktif dari senjata ini dan menyebutnya sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas aliansi NATO dan keamanan global.

Maloof menyoroti bahwa kebijakan NATO yang terus memperluas keanggotaan ke arah timur telah menciptakan ketegangan geopolitik serius, terutama dengan Rusia. “Ekspansi yang tidak terkendali ini telah menjadi bencana bagi keamanan Eropa. Jika Rusia memutuskan untuk merespons dengan keras, itu bisa menandai dimulainya akhir NATO seperti yang kita ketahui,” katanya.



Apa itu Senjata EMP?

Senjata EMP bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik besar yang dapat menghancurkan perangkat elektronik, jaringan listrik, dan komunikasi di wilayah yang luas. Maloof menjelaskan bahwa senjata ini dapat diaktifkan dengan cara meledakkan perangkat nuklir pada ketinggian sekitar 200 mil di atas permukaan bumi, menggunakan satelit sebagai platform peluncurannya.

Efek dari ledakan ini adalah gelombang elektromagnetik yang meluas hingga ratusan mil, mematikan semua perangkat elektronik, mulai dari jaringan listrik hingga komunikasi militer dan sipil. Maloof menegaskan bahwa serangan EMP akan menciptakan kehancuran yang meluas tanpa memerlukan serangan fisik langsung.

“Serangan semacam ini tidak hanya akan melumpuhkan infrastruktur sipil, tetapi juga pangkalan militer NATO, termasuk Amerika Serikat, yang bergantung pada jaringan listrik lokal untuk mendukung operasionalnya,” jelas Maloof.

Dampak terhadap Amerika Serikat

Maloof menyoroti kerentanan Amerika Serikat terhadap serangan EMP. Ia mengungkapkan bahwa 70% populasi AS di Pantai Timur bergantung pada jaringan listrik Timur. Lebih parahnya lagi, sekitar 90% pangkalan militer AS menggunakan energi yang berasal dari jaringan listrik komunitas lokal.

“Jika jaringan listrik ini dihancurkan oleh serangan EMP, semua komunikasi akan terputus. Tanpa listrik, seluruh sistem kehidupan modern, mulai dari transportasi, komunikasi, hingga layanan kesehatan, akan runtuh. Amerika Serikat tidak siap menghadapi situasi ini,” ungkap Maloof.

Ancaman bagi NATO

Tidak hanya AS, Maloof juga mengingatkan bahwa semua negara anggota NATO menghadapi ancaman yang sama. Infrastruktur militer dan sipil negara-negara Eropa sangat tergantung pada jaringan listrik dan teknologi modern. Serangan EMP akan menghentikan seluruh aktivitas ekonomi dan militer dalam waktu singkat.

“NATO mengandalkan kemampuan komunikasi dan respons cepat dalam menghadapi ancaman. Namun, jika senjata EMP diluncurkan, NATO akan lumpuh total. Ini akan memberikan keuntungan strategis besar bagi pihak yang meluncurkan serangan,” ujar Maloof.

Tegangan Geopolitik dan Risiko Eskalasi

Maloof menyalahkan kebijakan ekspansi NATO yang dianggap memprovokasi Rusia. Ia mengatakan bahwa NATO, alih-alih memperkuat keamanan Eropa, telah menciptakan lingkungan yang lebih tidak stabil. “Rusia memiliki kemampuan untuk merespons dengan keras, dan penggunaan senjata EMP bisa menjadi langkah ekstrem yang mereka ambil untuk menunjukkan kekuatannya,” jelasnya.

Ia juga memperingatkan bahwa perlombaan senjata modern tidak hanya melibatkan persenjataan konvensional, tetapi juga teknologi yang mampu melumpuhkan negara dalam waktu singkat. Maloof menganggap NATO harus mengevaluasi ulang pendekatannya terhadap Rusia dan fokus pada pengurangan risiko eskalasi konflik.

Solusi dan Pencegahan

Menurut Maloof, penting bagi NATO dan AS untuk mulai berinvestasi dalam langkah-langkah pencegahan terhadap ancaman EMP. Ini termasuk mengembangkan teknologi yang dapat melindungi jaringan listrik dan perangkat elektronik dari gelombang elektromagnetik.

Ia juga menyoroti perlunya diversifikasi sumber energi militer untuk mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik lokal. Selain itu, Maloof menyerukan diplomasi yang lebih cerdas untuk mengurangi ketegangan dengan Rusia dan menghindari potensi eskalasi konflik.

“Ancaman EMP adalah pengingat bahwa kita hidup di era baru di mana teknologi bisa menjadi senjata yang lebih berbahaya daripada bom tradisional. NATO dan AS harus segera mengambil tindakan untuk mengurangi kerentanan mereka sebelum terlambat,” tutup Maloof.

Respon Dunia Internasional

Pengungkapan Maloof ini telah menarik perhatian dunia internasional. Beberapa analis menyebutkan bahwa ancaman EMP adalah bagian dari strategi perang non-konvensional yang semakin relevan dalam konflik modern. Negara-negara lain, termasuk China dan Rusia, diyakini juga memiliki kemampuan EMP yang mampu mengancam stabilitas global.

Kini, publik menunggu apakah NATO dan AS akan mengambil langkah konkret untuk mengatasi ancaman ini atau terus melanjutkan kebijakan ekspansinya yang dianggap Maloof sebagai pemicu utama ketegangan global.(Kzn)
Komentar

Tampilkan

  • Mantan Analis Pentagon Ungkap Senjata EMP yang Berpotensi Lumpuhkan NATO dan AS
  • 0

Terkini

Topik Populer